MAJULAH BAYUNGKA RAYA!!


MAJULAH BAYUNGKA RAYA!

Mengenai Saya

Foto saya
Bogor, Jawa Barat, Indonesia
@bayungka

Senin, 17 Oktober 2011

Ibuisme

Halo Bayungka Raya, masihkah kau menjadi kerajaan yang demokratis dan tak oportunis?
kalau kau fikir piring merah bekas mie goreng dibawah monitor itu suatu kemalasan,
bagaimana dengan buku-buku berserakan yang tak kunjung selesai dibaca?
atas playlist bayungka dan longbeach yang seribu kali diputar oleh laptop panas.
Padahal kau tahu, kami tak malas mematikannya.

Halo ibu? masihkah kau menyimpan baju bola prancis 1998 berbahan woll yang kubeli bersamamu?
Hadiah dari tiap malam memijit kaki-kaki perkasamu.
Hei, ingatkah ibu, ketika ibu berubah fikiran untuk mengizinkanku naik gunung di musim hujan?
itu bu, karena tiba-tiba aku ingin disuap nasi dari tangan ibu.

Ibu, padahal kau tahu. Itu Bu, ketika aku belajar memasak nasi goreng jamur.
Dapur bukan berantakan olehku bu, dapur berantakan karena nasi-nasi yang senang sekali berceceran.
Ingatkah dulu? ketika aku sering mendekap di perut ibu. Lari kedalam rumah memeluk ibu. Gara-gara aku yang tak mempedulikanmu tak bermain bola plastik. Kakiku berdarah bu, sakit!
Ibu, masih ingatkah kau? mengantarku untuk menari jawa dengan kanak-kanak. Mengantarku menjadi pemegang tenor? mengantarku deklamasi di radio itu bu? yah. Maafkan aku bu, aku pemalu.
Ibu ingat? ketika kakiku harus dijahit? sehabis dirobek mantri yang muka nya mirip silvestre stallone? Jahat bu, sakit bu. Asal robek kaki.
Untung besoknya aku dapat seratus ribu dari Pak Bupati, itu bu. Juara mewarnai. Yang pialanya dibawakan bu Umi itu! aku tak kuat mengangkatnya. Heh, ibu masih menyimpan uangku itu kan? Sekarang bukan pak Bawono lagi bu! tak mau ada yang memberiku uang lagi.

Ibu masih ingat? aku yang mungil memakan setengah balsem. Kupikir itu selai rasa mint bu. Maafkan aku bu,
Dulu kita naik go-car kan? berdua itu bu. Aku yang menyetirnya! mirip david Choultrad kan?

Ibu masih menyimpan? foto kita berdua di depan lintasan? aku yang memakai topi lapang micky mouse? ya kan? Yang fotonya aku coret-coret bu. Biar kelak jadi seniman bu, melukis masa depan.

Masih ingatkah bu? aku yang hobi disetrap guru waktu SD, gara-gara itu bu. Si kembar cantik, sering kami goda!
Ibu, kapan kita naik bus bertingkat lagi bu? sambil makan cornetto. Ibu bacakan buku RUPL kecil itu bu.
Biar hafal kota-kota di dunia, kita akan kesana kan bu?
Maafkan aku bu, yang dulu ketika TK  ingin memberi kado ibu. Aku iri bu, tak bisa membelikanmu. Maka kuambil selendang lama ibu dilemari untuk kubungkus dan kuberikan ibu lagi, Maaf bu.

Ibu, kapan kita belajar masak lagi? aku sekarang sudah bisa bikin sayur bayam bu! kata teman kurang enak, tapi enak kok! enak untuk diingatkan sayur bayam ibu.

Ibu, aku dulu ingin boneka ya? tapi ib marah. Katanya itu untuk perempuan. Bukankah itu emansipasi bu? Aku kemaren beli boneka bu, tapi untuk adek. Bukan aku.
Ibu, masih sering marah kah? gara-gara harus lari-lari dari dapur belakang kan? iya kan? ternyata yang menelfon temen-temen perempuanku sekolah kan? maaf bu. Aku belum punya pager waktu itu. Sekarang ada twitter bu! Tak perlu ada yang lari-lari.

Ibu, aku dulu cengeng ya? ingat kan bu? ketika harus tidur sendirian. Takut bu, ada doraemon melihat dan tertawa di bawah pohon mangga. Ibu tak percaya sih ! benar bu. Itu doraemon! tapi berkulit kuning.
Ibu, masih ingatkah bu? aku yang sering ketemu ular di rumah? Ibu kira aku ratu ular kan? bukan bu. Aku laki-laki bu, bukan ratu.

Ibu. Aku di Bayungka Raya, merayakan hari Ibu. Berbeda dengan negara tetangga. Kesinilah bu lain waktu, Hari ibu ada setiap minggu.

Selasa, 11 Oktober 2011

Puisi tingkat tinggi

Kejadian ketika si Fatha pulang kerumah, capek katanya. Sekolah memang melelahkan, apalagi bagi anak kelas 3 sekolah dasar seperti dia. Yang seharusnya masih menikmati bermain dengan boneka teletubbies yang dibelikan oleh bapak, yang seharusnya ingin menaiki sepeda roda tiga mungilnya pemberian ibu, atau memutar kotak musik yang kuberikan. Mungkin juga sedang asyik menyusun puzzle "NEMO" pemberian kakak.

Mukanya berubah drastis seperti kurva supply ke demand. Seperti irfan bachdim yang tiba-tiba menjadi artis, seperti adi bing slamet yang tiba-tiba menyanyikan lagu anak-anak. Ah, tidak Bing Slamet hanya legenda anak-anak  dulu yang menua. Itu kata Ayah ketika dia menggendongku di sambil menginjak rumput depan rumah.

Fatha girang, "Mas nyampe kapan? kapan balik Bogor?". Itu kata-kata ritual yang dia ucapkan sambil mengelap peluh sisa-sisa papan tulis kelasnya setiap melihat aku pulang ke rumah. Seperti tidak ingin cepat-cepat ditinggal jauh oleh kakak-kakaknya yang hidup di perantauan.

Kulepaskan sepatu dan kaos kakinya sambil mencubit pipinya yang mirip bakpao spesial kacang hijau yang dijual di POM bensin jaman dulu.
"Siapa nama gurunya?"
"Nama teman sebangku?"
"Siapa lagi? siapa? siapa lagi"
Selalu kutanyakan itu setiap ketemu fatha, biar dia senyum. Biar dia menjawab sambil menunjuk-nunjuk jemarinya. Walaupun sebenarnya aku tau siapa guru dan teman-temannya. Maklum, pertanyaan itu sudah kutanyakan lebih dari 6666 ayat.

"Gimana tadi sekolahnya?"
"Di ajar sama pak Spiderman gak?"
"Diajarin caranya menempel di dinding gak?"
Skali lagi, kutanyakan hal itu agar dia tertawa. Agar dia sejenak melupakan membosankannya pelajaran sekolah dasar, yang pasti, agar aku mendapat kesempatan mencubit pipinya lagi.

"Tadi disuruh bikin puisi Mas!"
"Aku cuma dapat C". Kata Fatha.

Dia sedih sepertinya, teman-teman lainya dapat A atau B. Kuambil bukunya dari tas barbie merah jambu favoritnya. Dan inilah puisinya :

PUISI
karya fatha

Bapak pergi ke kantor naik mobil.
Ibuk pergi mengajar naik bus.
Mas andit pergi ke kantor naik pesawat.
Mas Bayu pergi kuliah naik senja utama (yang dimaksud dia adalah kereta, itu nama kerta solo-jakarta)
Fatha pergi ke sekolah naik boncengan Mbak Anna. 
Barbie ke sekolah naik Fatha (barbie  = maksud dia adalah tas merah jambunya).

Oh Fatha, jenius sekali puisimu. Puisi yang melebihi pemikiran anak Sekolah Dasar. Sayang sekali kau mendapat C. Andai gurumu tau, majas mu begitu indah, tak terfikirkan oleh teman-teman sebayamu atau guru-gurumu.

Sayang sekali, kau bersekolah di Indonesia, sekolah yang menganggap pintar itu matematika. Seni itu bodoh, Seni kata mereka hanya kemalasan.
Fatha, jangan bersedih. Nilai C mu itu hanya ketidak sampaian pola fikir guru mu. Kalau kau tau, puisi itu bukan matematika. Puisi itu tidak ada yang salah. Puisi itu kebenaran fikiran manusia.

Sabarlah Fatha, doakan kakakmu cepat lulus, dan cepat menyekolahkanmu di sekolah milik kakak sendiri. Sekolah yang mengajarimu untuk senang. Bukan sekolah yang menghambat kreatifitasmu. Bangsa ini butuh sastrawan besar. Tidak hanya pekerja perusahaan.
Sabarlah Fatha.

Bogor, dengan ditemani tugas komputasi sumber daya, dan manajemen.





































Kamis, 06 Oktober 2011

Atas Nama Pendosa


Itu disaat kami mahasiswa spesialis pembunuh liburan harus berada di Dramaga. Kawasan elit (empang lele ikut tinggal) sekitar kampus IPB Sarjana. Kami menyukainya karena kawasan yang sungguh istimewa ini. Pohon-pohon masih tenang berdiri disamping modernisasi. Angkot-angkot masih tenang berbaris di jalan Babakan Raya, atau truk ayam dengan bau khasnya bisa berjejer nikmat dengan mobil F 1PB. Apalagi kawasan ini juga memiliki seribu bahasa, selain sunda, jawa, batak, Sulawesi, jepang, inggris, timur, aceh, melayu, sampai bahasa biner.  Juga memiliki pilot ojek lulusan balap yang sangat gesit “demi pelanggan a’”.

 Kami memiliki kebiasaan berkumpul dijalanan pada pagi hari atau sore hari. Berkumpul dengan mobil, motor, angkot, sepeda, bus, truk tinja, sampai truk TNI pun ada. Kami memang gemar berkumpul di jalan raya Dramaga, sambil bermain music klakson dan mesin, menikmati asap kendaraan yang wangi itu. Yah, itu olahraga pagi dan sore, itung-itung menjalin ukhuwah macetiyah bersama-sama.

Aku sedang berboncengan dengan seorang kawan yang sepertinya lupa  akan rasanya hidup di tengah-tengah kata ‘Jancuk’. “Jancuk itu artinya akrab bay,”. Kalo ketemu Pak Ustadz bilanglah “Jancuk”. “biar akrab”. Yah, setengah percaya atau tidak. Meragukan.

Kami berniat melepas lelah setelah bercumbu dengan FISIKA sesiangan itu.. ‘FISIKA’ Semacam nama perserikatan sepakbola yang jarang tampil di televisi. Yah, maulah. Itu karena  tadi dia mau kusuap 50 ribu untuk mencicipi air empang di depan kontrakan. “Cuma pengen tau bagaimana rasanya, kalo enak kan bisa kita jual berliter-liter”. Kalo kita banyak duit kan menghebohkan. bisa bikin es doger sendiri, bikin nasi goreng sendiri, bikin helipad di samping gymnasium kampus, untuk mendarat helicopter yang kami pakai untuk menyebar duit. “Biar deflasi ya? “ , “Iya gentian atuh, pemerintah yang inflasi, kita yang mendeflasikan”. 

Dia mahasiswa yang paling nyambung kuajak berbahasa jawa tiap hari senin (karena hari senin adalah hari berbahasa jawa bagi Baungka Raya). Sebut saja namanya Bunga –red.  Mungkin kalo dia membaca tulisan ini akan protes, kenapa harus bunga? Kenapa tidak ‘scheqhtlzxc’ biar keren seperti nama orang cekoslovakia? Kenapa tidak ‘Q iNgIn DcNta’ seperti nama keren di facebook itu? Atau tidak si ‘Franx’ biar keren seperti bocah boyband? .Semoga saja dia menyetujuinya kusebut ‘Bunga’. Walaupun sedikit flamboyant, tidak! Sepertinya tak cocok, dia gahar!

Oke sebut saja dia Manggala. (ketahuilah, demi kipas angin yang setiap pagi membangunkanku dengan rasa dinginnya, saya sudah meminta izin kepada dia sebelum menulis ini).

Kira-kira ketika acara Box office sudah mulai di televisi televise Indonesia, kami sampai ke tempat tujuan. Kau harus tahu, dia hebat bermain billiard. Ibarat pemain basket, dia mirip Kelly Purwanto. Tak terduga !!!         Maka kuputuskan untuk menyerap semua ilmunya kala itu. Ibarat Pemain sepakbola, dia maradonna dan aku messinya. Ingin ku mendapat titisan darah billiard nya. Tapi tidak, sepertinya darah Manggala bukanlah B. Kita hanya sama-sama tertarik dengan Fauna. Walaupun dia bisa akrab dengan semua jenis spesies  apapun (kecuali kecoa). Bahkan dia pernah membawa ular yang ditemukan disamping kontrakanya ke dalam kelas, WOW! “Buat temen bay, Lucu sih!”.

Ketika kira2 3600 menit X 2 kami bermain, (sengaja tak kuceritakan serunya permainan kami, kau taulah aku hanya memasukkan bola nomor 9 setiap bertanding). Billiard itu seperti gundu ! Aku yang ketika Sekolah Dasar selalu kalah bermain gundu dan hanya bisa membeli dari temanku, kubeli gunduku sendiri yang telah berpindah tangan ke mereka karena kepengecutanku di dunia pergunduan. Mengenaskan. Memang bodohnya aku yang tak berkegunduan. Gundu memang permainan yang sangat susah. Mungkin kedua tersusah setelah menaikkan layang-layang. Bagi layang-layang, aku hanya dianggapnya seorang penikmat atraksinya, tak lebih dari sekedar sebagai pesuruh temanku untuk memegangkan layang-layang sejauh mungkin sebelum mereka menerbangkannya. Mungkin mereka pilot, dan aku petugas bandara. Pecundang ! ingin kuulangi masa itu, dimana aku tak mau tertulis di sejarah sebagai pecundang. Tapia pa daya, sekarangpun aku tak bisa menerbangkan kertas kotak itu.
Kamipun berencana pulang ke kontrakan masing-masing, dan aku yang sudah dinantikan oleh kasur dan sprei ‘Amerika’ yang kutinggal seharian. Kenapa bendera Amerika? Karena tiap malam kubayangkan menjajah negara adikuasa itu. Walaupun hanya benderanya. Aku mengerti apa yang kau rasakan sur kasur! Kau pasti ingin kutiduri dengan gaya pogo atau skank. Atau sedikit moshing untuk mengempeskanmu yang sudah kempes.

Di perjalanan pulang, Ketika aku asyik memandang tulisan baliho besar di Jalan Padjajaran. Pertandingan Bogor Raya vs Persema, tapi kenapa gambarnya Irfan Bachdim Persema itu? Yah kau harus taulah. Keganthengan muka nya menggeser posisi Ari Wibowo dalam sinetron tersanjung 1, sinetron yang pernah ditonton si Ibu samapi Tersanjung 6 itu. Kemaren, Ibu-ibu gang sebelah pun lebih suka menonton liga Indonesia daripada Sinetron yang judulnya selalu memakai nama orang itu. “Gantheng pisan a’ , irpan teh mirip sama suami urang waktu masih muda”.  

Setengah perjalanan lagi,Si Manggala mengajakku mencari Rumah Sakit 24 jam, entah apa yang difikirkannya kala itu. Apakah dia ingin bilang ‘jancuk’ kepada perawat cantik-cantik. Biar akrab mungkin dengan jancuk. Oh, tidak? Dia hanya ingin mencari resep dokter, untuk seorang wanita di kampus. Begitu setianya dia, sampai harus mencarikan bukti bahwa dia benar-benar berobat malam itu. Bahwa si Manggala tidak pergi billiard bersamaku. Di balik laki-laki gahar, terdapat wanita gahar pula sepertinya.

“Berapa ratus ribu yang akan kau keluarkan untuk kejeniusanmu itu cuk?”

“Ayolah Bay, “, katanya.

Aku tau hari itu adalah hari-hari yang terasa paling lama bagi kami mahasiswa perantau. seperti  seakan-akan seorang penjelajah waktu dari abad 67 yang berani memperlambat jam, memperlambat hari, memperlambat kiriman orangtua kami. Dan berimplikasi kepada memperlambatnya denyut jantung kami.

“Atuh kenapa kau tak anggap saja aku dokter? Tinggal kucoret2 diatas kertas, beres. Jadilah resep”. Mungkin seingatku kala itu dia ragu padaku. Dia ragu kalau tiba-tiba yang kutulis bukan resep dokter, melainkan resep telor dadar semrawut ala bayungka.

“Obatnya?” tanyanya.

“adalah obat sisa sakit kepalaku berbulan-bulan yang lalu, kalaupun kau harus minum didepan wanitamu, masih enak kok”. Jawabku dengan gaya mirip Mr.google. Tau semua yang kau Tanya.

Masalah terjadi dengan plastik pembungkus obat berlabelkan rumah sakit, Kami tak memilikinya, entah kenapa tiba-tiba motorku memarkirkan diri di sebuah UGD kecil di kawasan Bogor Barat. Sepertinya mesin motor bututku seirama dengan otak kiriku. “Hahahahay”. Manggala pun tau apa yang kumaksud. Yah, seperti batman dan robin, spongebob dan Patrick. Atau Safa dan Marwah dalam serial sinetron yang ditunggu bapak-bapak sehabis maghrib.

Ku hampiri mas2 di samping meja tamu.
“Mas, ini temen saya di kontrakan sakit migrain, dia tidak bisa keluar rumah, kalau untuk membeli obatnya doang bisa kan?” basa basi.
“Maaf dek tidak bisa, pasiennya harus kesini”, Jawab mas2.
“Aduh, kalo obat ‘pcenomilatin’ ada ga?”. Sumpah aku dan manggala menahan ketawa, karena baru saja aku asal menyebut nama apapun yang mirip dengan obat. Dengan harapan mas2 itu masuk kedalam ruangan untuk menanyakan kepada teman yang lain. Kenapa harus pcenomilatin? Kenapa tak sekalian kutanyakan ‘ular bakar’, atau ‘oli mesin’?

Yah, benar sekali ketika mas-mas berbaju putih itu masuk menghampiri temanya yang sedang menonton acara tv di ruang sebelah, si Manggala dengan gesitnya langsung mengambil beberapa plastic pembungkus obat di meja tamu. (maafkan kami Tuhan, maafkan kami mas-mas, kami menyesal telah membuatmu tertipu. Kami menyesal membuatmu kebingungan dengan nama obat yang kusebutkan tadi. Kuharap itu bukan obat untuk borok kaki. dan kami menyesal harus memindah tugaskan plastik pembungkus obat itu, percayalah, ini atas nama cinta!!!). Percayalah mas-mas muda berhati mulia, plastic itu akan bahagia bersama kami. Kalaupun plastic itu rindu dengan kau, bolehlah suatu waktu kuantarkan dia ke meja kerjamu untuk melihatmu lagi. Mungkin suatu saat akan kami akan meminta maaf kepadamu mas, atau ketika kau membaca ini, maafkanlah kami.

“Tidak ada dek”, dia dating dengan fikiran bingung.

Kami pun pamit dengan membawa dosa besar, dosa yang mungkin lebih besar daripada korupsi jika diadili di pengadilan Indonesia. Semoga kau tidak seperti pelapor kakek2 yang mengambil coklat di kebun perusahaan besar itu. Tidak seperti hakim-hakim yang maha adil itu. Semoga.Akhirnya atas nama cinta Manggala, kami pun melanjutkan perjalanan dengan terbahak-bahak. Pendosalah kami dengan segala dosa.

Bogor,  dengan ditemani symphony no 40 in G minor karya Mozart. Atas nama rakyat Bayungka Raya.

Rabu, 05 Oktober 2011

MAN201 Keputusan


MANAGEMENT CLASS (KULIAH MANAGEMENT)
Department of Management, college of economics of management
Bogor Agricultural University

Lectures Prof Dr. Ujang Sumarwan, Msc
ujangsumarwan.blog.mb.ipb.ac.id
Session 6
Pengambilan Keputusan dan Rencana jangka pendek/jangka panjang
Bayu Windiharto Putro - Department of Resource Environmental Economics - Bogor Agricultural University.




Saya mendapat kiriman email dari seorang lulusan SMA di Jogjakarta bingung dalam mengambil keputusan. Orang tuanya menyuruh dia untuk meneruskan kuliah di IPB Bogor. Orang tuanya menginginkan pelajar tersebut meneruskan pendidikan yang lebih tinggi. Di sisi lain pelajar tersebut selain cukup pintar di akademik, ternyata dia memiliki bakat di bidang seni musik. Bahkan karena hobi dan bakatnya itu dia dan teman satu band nya cukup memiliki pasar di kota nya. Kebetulan semua temannya kuliah di Jogjakarta. Dan mereka cukup menjanjikan dengan industry seni tersebut. Bagaimana dia harus mengambil keputusan?

Teman,
Sesuatu yang baik bagimu, belum tentu baik bagi orang lain. Sesuatu yang sempurna menurutmu, belum tentu sempurna untuk lain. Dan Tuhan memberikan apa yang kamu butuhkan, bukan yang kamu inginkan. Sekalipun hal yang kamu butuhkan itu tidak kamu inginkan.
Bukankah kesuksesan itu karena Izin Tuhan? Dan bukankah ridho Tuhan juga melewati restu orangtua? Orangtuamu menyuruh kamu meneruskan kuliah di IPB karena dia lebih tahu apa yang terbaik untuk anaknya. Tidak mungkin orangtua akan menjerumuskan anaknya sendiri.
Semua makhluk hidpu di dunia ini wajib untuk menuntut ilmu.  Walaupun ujungnya juga akan ke materi. Tapi, dengan anda memilih untuk kuliah di Bogor, bukan berarti  anda akan membunuh potensi di luar akademik anda. Anda masih bisa menembangkan hobi anda di kota yang baru, dengan pengalaman yang lebih, tentunya dengan perjuangan yang lebih berat.
Walaupun anda berada di Bogor, anda masih bisa berkarya dengan teman anda di Jogjakarta, mungkin sebulan sekali anda bisa pulang untuk bertemu keluarga dan tentunya dengan teman-teman anda. Terima kasih, semoga jawaban saya bisa sedikit membantu.

Rencana jangka pendek (1 tahun) =
1.  Menyelesaikan membaca buku-buku karangan dr. Abdullah Citropawiro, N.Gregory Mankiw, Walter Nicholson, akhmad Fauzi, Ph.D.
2.       Singgah di semua provinsi di Pulau Jawa.
3.       Mendapatkan IPK > 3
4.       Membeli buku minimal satu bulan sekali.
5.       Mendapatkan karakter hidup

Rencana jangka panjang (4 tahun) =
1.       Lulus dengan IPK > 3
2.       Lulus dengan berkarakter
3.       Mendapatkan dan membuat pekerjaan.
4.       Keliling Indonesia, minimal pulau-pulau besar.
5.        


1.